fisiologi olahraga (sistem saraf)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang bertugas menerima rangsangan,menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh,serta memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh alat indera,pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan untuk menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh sistem saraf dan alat indera.
Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh (eksternal) misalnya suara,cahaya,bau, panas,dingin,manis,pahit dan sebagainya. Sedangkan rangsangan yang berasal dari dalam tubuh disebut juga rangsangan internal,misalnya rasa haus,lapar,dan nyeri. Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui saraf motorik ke otot atau kelenjar. 
Salah satu penelitian yg paling menjanjikan di bidang pengetahuan olahraga adalah mengenai adaptasi syaraf terhadap olahraga. Istilah neuromuscular mencakup keduanya, sistim otot dan syaraf, maka dalam makalah ini kita akan mengarahkan pada struktur syaraf serta fungsinya dengan sistem otot dipakai dalam gerak, khususnya olahraga.














B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sistem saraf, dan sebutkan fungsi dari sistem saraf?
2.      Apa bagian dari sel saraf beserta fungsinya masing-masing dan kekhasan sel saraf dibandingkan dengan yang lain?
3.      Bagaimanakah klasifikasi sistem syaraf dalam tubuh berdasarkan letak anatominya maupun berdasarkan fungsinya?
4.      Apa yang dimaksud dengan sinapsis dan jenisnya?
5.      Pada neuromuscular junction, membrane postsynaptic nya berada pada?
6.      Apa yang dimaksud dengan saraf motoris dan saraf sensoris?
7.      Gambaran kerja sistem syaraf yang terjadi ketika seseorang pelari dalam suatu perlombaan mendengar aba-aba peluit start.
8.      Gambaran peran sistem syaraf pada kontraksi otot? Apa yang terjadi pada penderita poliomyeletis?
9.      Bagaimana mekanisme yang terjadi pada gerak reflex?
10.  Bagaimanakah pengaruh jangka pendek olahraga pada sistem syaraf?
11.  Bagaimanakah pengaruh jangka panjang olahraga pada sistem syaraf? Dan sebutkan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi?
12.  Secara umum jelaskan kaitan antara asupan gizi dengan kerja sistem syaraf (pengaruh diet pada penderita autisme)
13.  Berkaitan dengan asupan gizi, asupan gizi seperti apakah yang mendukung kerja sistem syaraf?













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Sistem Saraf
Sistim saraf adalah pemula kegiatan otot tubuh dan pengatur fungsi mental dan fisik. Sistim saraf bekerja berdasarkan impuls elektrokimia. Sistem saraf merupakan sistem pengendali  dan merupakan rangkaian organ yang kompleks yang membentuk sistem yang terdiri dari jaringan saraf yang tersebar di seluruh tubuh. Merupakan sistem informasi yang terintegrasi, berfungsi menerima data, mengolahnya, menentukan respon dan memberi perintah ke setiap organ tubuh untuk melakukan tindakan yang penting demi keadaan homeostasis dalam tubuh. Tanpa sistem saraf manusia tidak mampu berkomunikasi, berinteraksi, beradaptasi terhadap perubahan lingkungan (internal dan eksternal).
Sistem saraf sebagai jalur utama informasi biologis, bertanggung jawab mengendali seluruh proses biologi dan gerakan tubuh dapat menerima informasi dan menginterprestasinya melalui sinyal elektrik dalam sistem. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (CNS) dan sistim saraf perifer (PNS). Sistim saraf pusat merupakan tempat proses berlangsung dan sistim saraf perifer bekerja mendeteksi dan mengirimkan impuls elektrokimia yang digunakan pada sistem saraf. Sistim saraf perifer terdiri dari saraf-saraf yang membawa impuls antara sistem saraf pusat dengan kelenjar, kulit dan organ-organ lain.
Sistim saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, bertanggung jawab menerima dan menginterprestasinya dari sistem saraf perifer dan mengirimkan sinyal itu kembali baik sadar maupun tidak sadar. Sistem saraf perifer terdiri dari organ indera yaitu mata, telinga, peraba, perasa dan penciuman.


B.  Fungsi Sistem Saraf
1.      Fungsi Kewaspadaan
Membantu mengetahui perubahan perubahan yang terjadi di sekitar untu disampaikan ke alat indera. Pada alat indera terdapat saraf sensorik yang berfungsi khusus sebagai penginput data.
2.      Fungsi Integrasi
Menerima pesan sensorik dari lingkungan luar, interpretasi oleh sistem saraf pusat, mengatur informasi dan mengintergrasikan dengan informasi yang telah ada untuk menentukan jenis respon yang akan diberikan.

3.      Koordinasi
Setelah dari otak informasi yang sudah terintegrasi untuk mengirim pesan/perintah pada otot-otot dan kelenjar-kelenjar, menghasilkan gerak dan sekresi terorganisasi.

Neuron atau sel saraf merupakan satuan dari sistim saraf, mempunyai ciri struktur tertentu yang membedakan dengan sel tubuh lainnya. Pada bagian tengah neuron ada serabut tipis menjulur yaitu akson yang melalui serabut inilah neuron melaksanakan fungsinya. Fungsi serabut/akson yaitu menyampaikan isyarat ke dan dari otak, serta sum sum tulang belakang. Isyarat disampaikan dari neuron ke neuron lain disebelahnya melalui sinapsis. Pasokan energi untuk neuron berasal dari penguraian oksidatif glukosa dan benda-benda keton. Satu sel saraf atau neuron terdiri dari badan sel, dendrit dan akson.
C.  Bagian-bagian Sel Saraf
1.      Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.

2.      Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.

3.      Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel sachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.



D.  Klasifikasi sel saraf berdasarkan Strukur dan Fungsinya
1.      Sel Saraf Sensorik
Sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera.

2.      Sel Saraf Motorik
Sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang. Perbedaan struktur dan fungsi dari ketiga jenis sel saraf tersebut lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Perbedaan sel saraf sensorik, penghubung, dan motorik

3.      Sel Saraf Penghubung  
Sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis.

E.   Sinapsis
Sinapsis merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain. Peristiwa ini terjadi dari ujung percabangan akson dengan ujung dendrit neuron yang lain. Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion terjadi di dalam celah sinapsis, baik ion positif dan ion negatif. Pergantian antara impuls yang satu dengan yang lain juga terjadi di dalam celah sinapsis ini, sehingga diperlukan enzim kolinetarase untuk menetralkan asetilkolin pembawa impuls yang ada. Penyampaian impuls dengan bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai pengirim (transmitter) terdapat dalam celah sinapsis juga.




1.      Transmisi sinapsis
Sinapsis adalah sisi (penghubung  (junction) yang tidak berdekatan) tempat berlangsungnya pemindahan  impuls dari ujung akson suatu neuron ke neuron lain atau ke otot atau ke kelenjar .
a.       Pada transmisi dari neuron ke neuron, hubungannya dapat berasal dari akson suatu neuron ke dendrit, ke badan sel atau ke akson neuron kedua
b.      Neuron presinaptik membawa impuls menuju sinapsis. Neuron postsinaptik membawa impuls menjauhi sinapsis. Neuron tunggal dapat menjadi postsinaptik pada dendrit atau badan selnya dan presinaptik pada ujung aksonnya.
2.      Sinapsis kimiawi
a.       Pada sinapsis  kimiawi, suatu neurotransmiter (zat kimia) dilepas dari terminal akson presinaptik , mengalir menyebrangi celah sinaptik, dan melekat pada reseptor membran postsinaptik.
(1)   Ujung akson presinaptik disebut terminal bouton. Ujung ini melepas neurotransmiter dari vesikel sinaptik saat potensial aksi mencapai terminal, saluran ion kalsium terbuka dan ion kalsium memasuki terminal bouton.
(2)   Ion kalsium memfasilitasi aliran neurotransmiter saat menyebrangi celah sinaptik dan melekat pada resptor postsinaptik
(3)   Transmisi zat kimia bersifat satu arah karena neurotransmiter hanya dilepas dari neuronpresinaptik.
b.      Waktu tanda sinaptik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyeberangi suatu sinapsis kimiawi. Dibutuhkan waktu lebih banyak untuk pelepasan, difusi, penerimaan dan untuk melihat pengaruh neurotransmiter terhadap sebuah sinapsis dari pada waktu yang dibutuhkan untuk perambatan potensial aksi disepanjang serabut saraf.
c.       Sinapsis eksitatoris, beberapa neurotransmiter mengeksitasi neuron postsinaptik, menyebabkan depolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik eksitatoris.
d.      Sinapsis inhibitoris. Neurotransmiter menyebabkan peningkatan potensial istirahat neuron postsinaptik bersifat inhibitorik. Neurotransmiter ini membuat postsinaptik lebih bermuatan negatif akibat penurunan permeabilitas membran terhadap aliran masuk Na+ dan meningkatkan permeabilitas membran terhadap terhadap aliran keluar ion K+. Peningkatan negativitas internal ini disebut hiperpolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik inhibitorik.
e.       Sumasi. Efek transmisi kimia pada neuron postsinaptik adalah penambahan jumlah dan jenis neurotransmiter yang mencapai membran postsinaptik
(1)   Sumasi temporal adalah penambahan jumlah neurotransmiter karena adanya peningkatan frekuensi stimulasi oleh satu atau beberapa neuron presinaptik.
(2)   Sumasi apasial adalah stimulasi pada penambahan jumlah terminal presinaptik eksitatoris untuk menambah jumlah neurotransmiter.
(3)   Jika potensial postsinaptik eksitatoris dan potensial postsinaptik inhibitorik mengenai membran postsinaptik, maka hasil akhirnya eksitasi atau inhibisi, ditentukan melalui penjumlahan aljabar efek eksitatoris dan inhibitorik, sumasi temporal, dan sumasi spasial.
f.       Inaktivasi
Molekul neurotransmiter yang dilepas ke dalam celah sinaptik harus segera diinaktivasi agar repolarisasi neuron postsinaptik dapat terjadi untuk lintasan impuls selanjutnya.
(1)   Neurotransmiter dapat diinaktivasi oleh kerja enzim
(2)   Molekul neurotranmiter dapat ditarik kembali kedalam neuron yang melepaskannya dan diperbaharui untuk pengguna tambahan
(3)   Neurotransmiter dapat berdifusi secara pasif menjauhi celah sinaptik.
g.      Keletihan sinaptik
Sebuah sinaptik merupakan subjek keletihan setelah stimulasi berulang dengan kecepatan tinggi. Setelah beberapa milidetik, kecepatan output neutron postsinaptik berkurang, walaupun neuro presinaptik masih melontarkan ion.
(1)   Di otak, keletihan sinaptik berperan sebagai mekanisme protektif terhadap eksitabilitas neuronal berlebih.
(2)   Kelelahan transmiter yang disimpan dalam neuron presinaptik merupakan alasan utama dibalik keletihan sinaptik, tetapi inaktivasi pada reseptor membran neuron postsinaptik dapat juga menjadi suatu penyebab.
h.      Sinapsis sangat rentan terhadap perubahan kondisi fisiologis
(1)   Alkalosis  di atas PH normal 7,4 meningkatkan eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8 konvulsi dapat terjadi karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga memicu output secara spontan.
(2)   Asidosis di bawah PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat besar pada output neuronal. Penurunan PH di bawah 7,0 akan mengakibatkan koma.
(3)   Anoksia atao deprivasi oksigen, mengakibatkan penurunan eksitabilitas neuronal hanya dalam beberapa detik.
(4)   Obat-obatan dapat meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas neuronal
(a)    Kafein menurunkan ambang untuk mentransmisi dan mempermudah aliran impuls
(b)   Anestetik lokal (misal novokain dan prokain) yang membekukan suatu area dapat meningkatkan ambang membran untuk eksitasi (hiperpolarisasi) ujung saraf.
(c)    Anastetik umum menurunkan aktivitas neuronal diseluruh tubuh.
i.        neuromodulasi
merupakan zat kimia seperti hormon yang dapat meningkatkan atau mengurangi respons sinaptik yang biasa disebut neuromodulator . zat ini dapat bekerja pada sisi presinaptik maupun postsinaptik.

3.      Sinapsis listrik
Jika dua sel yang dapat tereksitasi berhubungan melalui aliran arus listrik langsung pada suatu area dengan tahanan listrik rendah, maka sinapsis disebut sebagai sinapsis listrik.
F.   Saraf Sensorik dan Saraf Motorik
1.    Saraf Sensorik (Neuron Aferen)
Neuron sensorik merupakan neuron yang memiliki badan sel bergerombol membentuk simpul saraf atau ganglion (jamak = ganglia). Dendritnya berhubungan dengan neurit neuron lain, sedangkan neuritnya berkaitan dengan dendrit neuron lain. Fungsi neuron sensorik yakni meneruskan impuls (rangsangan) dari reseptor menuju sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Oleh karena itu, neuron sensorik disebut pula neuron indra.
2.      Saraf Motorik (Neuron Eferen)
Neuron motorik merupakan neuron yang berperan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar yang akan melakukan respon tubuh. Karena perannya ini, neuron motorik disebut pula neuron penggerak. Dendrit neuron motorik berhubungan dengan neurit neuron lain, adapun neuritnya berkaitan dengan efektor (otot dan kelenjar).
                                                  


G. Gambaran Sistem Saraf pada Pelari
                                      
Suara peluit (impuls) yang diterima oleh resptor tubuh atau indra dan dibawa oleh saraf sensorik ke sistem saraf pusat otak dan sumsum tulang belakang. Kemudian saraf sensorik dihubungkan oleh neuron intermediet pada saraf motorik. Saraf motorik menghantarkan rangsang dari susunan sarf efektor berupa otot atau kelenjar. Setelah bagian efektor menerima rangsang maka akan melakukan respon tubuh (lari).

H.  Gambaran peran sistem syaraf pada kontraksi otot
Sistem koordinasi pada manusia terdiri dari sistem saraf, sistem indera,dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormon berfungsi untuk mengatur dan memelihara fungsi tubuh, misalnya mengatur kontraksi otot, perubahan alat-alat tubuh bagian dalam, dan sekresi berbagai kelenjar dalam tubuh.
Sistem saraf berperan penting untuk merasakan perubahan-perubahan yang terjadi di luar atau di dalam tubuh, menafsirkannya, dan memberi respon (menjawab) dalam bentuk kontraksi otot atau dapat berupa sekresi kelenjar.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Penyakit poliomielitis dibagi menjadi 3 bagian :
1.      Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
2.       Polio Paralisis Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembuludarah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik -- yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3.      Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.

Penyakit Poliomielitis di bagi menjadi 2 fase :
1.                    Stadium akut 
Sejak ada gejala klinis hingga dua minggu ditandai dengan suhu tubuh meningkat, jarang terjadi lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan terjadi dalam seminggu permulaan sakit. Kelumpuhan itu terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang belakang) oleh invasi virus. Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga menimbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Sebagian besar kelumpuhan terjadi pada tungkai (78,6%), sedangkan 41,4% akan mengenai lengan. Kelumpuhan itu berjalan bertahap dan memakan waktu dua hari hingga dua bulan.
  1. Stadium subakut 
Gejala klinis (dua minggu hingga dua bulan) ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam atau kadang suhu tidak terlau tinggi. Kadang, itu disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi. Stadium konvalescent (dua bulan hingga dua tahun) ditandai dengan pulihnya kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Kemudian setelah usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik atau dua tahun lebih sejak gejala awal penyakit biasanya menunjukkan kekuatan otot yang mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot permanen.

I.     Mekanisme Pada Gerak Refleks
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi tiba-tiba diluar kesadaran kita. Gerak refleks adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi lebih cepat dari gerak sadar.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgquROtUR9BBso4IL4uhe5UtvwLiGERJ0sqwWZF4XaawaaUX0N4TdHHaIqWyJFaWWr0hOvb3m54Cz8ZznKhMPkEymKi5EH6u7GHp_Cyt9dN0jNVVAlUjNmLMOW0HAwpwgKH0AX0AEH0E6k/s400/reflek.jpg
Untuk terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut (mekanisme gerak refleks) :
1.      Organ sensorik yang menerima implus misalnya kulit.
2.      Serabut saraf sensorik yang menghantarkan implus menuju sel – sel ganglion radiks posterior. Selanjutnya serabut sel tersebut akan meneruskan implus menuju substansi pada kornu posterior medulla spinalis.
3.      Sumsum tulang belakang menghubungkan antara implus menuju kornum anterior medulla spinalis.
4.      Sel saraf motorik menerima implus dan menghantarkan implus melalui serabutmotorik.
5.      Organ motorik melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh implus saraf motorik.

J.    Pengaruh Jangka Pendek dan Panjang Olahraga pada Sistem Syaraf
Pengertian Neuro Musculer adalah dua sistem yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam keadaan olahraga. Musculer (perototan) dalam fungsinya adalah mengkerut/memendek/kontraksi. Dalam pemendekan ia harus dirangsang oleh sistem neuro/saraf, sehingga ia terkontrol kekuatan, akurasi, maupun powernya. Hal tersebut disebabkan makin besar berkehendak makin kuat dan cepat kontraksinya. Sehingga tak mungkin otot menampilkan kerjanya dengan baik tanpa sumbangan dari saraf.
Setiap sel otot dilayani oleh satu saraf, sehingga pengaruh latihan terhadap perubahan neuromuscular adalah :
a.       Latihan dapat memperbesar myofilament, dengan latihan kekuatan
b.      Latihan dapat mempercepat sliding filament( kontraksi-relaksasi)
c.       Latihan dapat mempertinggi cadangan glikogen, karena pada latihan banyak menggunakan glikogen.
d.      Meningkatkan responsibilitas otot terhadap rangsang
e.       Meningkatkan kemampuan motorik, kekuatan, dan daya tahan otot.
Proses yang sering berhubungan dengan olahraga ialah motor kontrol, ialah proses reaksi. Kalau disederhanakan proses tersebut adalah : proses penerimaan rangsang yang umumnya dari luar, proses yang ada di otak baik proses mengingat “short term” dan “long term”, kemudian perintah (motor) yang rangsangnya diteruskan ke otot serang lintang (lurik). Reaksi tersebut bisa dilatihkan. Kalau sangat terlatih akan disebut dengan automatisasi, seolah-olah tak dipikirkan lagi (sebenarnya ada proses berpikir). Hanya waktu proses yang terjadi sangat cepat.

K. Kaitan Asupan Gizi dengan Kerja Sistem Syaraf
Terdapat lebih dari 100 milyar jaringan saraf dalam otak yang integritasnya tergantung pada asupan zat gizi yang cukup (Singh, 2003). Defisiensi berbagai zat gizi terutama zat gizi makro akan mempengaruhi neuroanatomi, neurokimia dan neurofisiologi perkembangan otak. Pengaruh neuroanatomi berupa berkurangnya jumlah dan ukuran neuron serta pembentukan sinapsis. Pengaruh neurokimia berupa perubahan sintesis neurotransmiter dan jumlah reseptornya. Pengaruh neurofisiologi berupa kemampuan neuron untuk bekerja menghantarkan impuls saraf (Georgieff, 2006).
Protein dan energi mendukung perkembangan otak yang cepat. Otak membutuhkan protein untuk sintesis deoxyribonucleic Acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA), produksi neurotransmiter, sintesis faktor pertumbuhan serta untuk perpanjangan neurit sehingga fungsi otak efisien dalam jaringan sinapsis. Defisiensi protein menyebabkan kehilangan struktur dendrit dan gangguan pada dendrit tulang belakang. Efek terberat pada bagian kortek dan hipokampus yang berfungsi sebagai pusat memori (Georgieff, 2006). Jenis-jenis zat gizi yang berperan terhadap sistem saraf adalah:
1.    Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibuthkan sebagai sumber energi untuk membentu sel-sel otak baru.
2.    Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan penting bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel otak satu ke sel otak yang lain.
3.    Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel otak baru. Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang paling utama adalah asam lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut. Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam lemak tak jenuh itu adalah:
a.       DHA (asam dokosaheksaenoat) atau yang kita kenal sebagai omega-3
Asam lemak omega-3 berperan besar dalam perkembangan sel saraf, otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 bisa mengganggu perkembangan sistem saraf. Akibatnya, mungkin saja terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.
b.      AA (asam arakidonat) atau omega-6.
Asam lemak ini berfungsi membantu pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu bertugas sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk ke otak.
4.    Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerj aotak, menunjang kerja sistem imun dan sistem saraf pusat.
5.    Kalori dan Protein
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan.Kalori dibutuhkan dalam proses metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumber-sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, serta susu dan produk olahannya. Juga minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
6.    Zat Besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana ia mengangkut dan membagikan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ia juga berperan dalam pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.
7.    Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

akhirnya kembali lagi

Carbohydrate Counting