fisiologi olahraga (sistem saraf)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistem saraf
merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang bertugas
menerima rangsangan,menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh,serta
memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan
dilakukan oleh alat indera,pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang
kemudian meneruskan untuk menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh
sistem saraf dan alat indera.
Rangsangan
dapat berasal dari luar tubuh (eksternal) misalnya suara,cahaya,bau,
panas,dingin,manis,pahit dan sebagainya. Sedangkan rangsangan yang berasal dari
dalam tubuh disebut juga rangsangan internal,misalnya rasa haus,lapar,dan
nyeri. Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem
saraf pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang
masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui saraf
motorik ke otot atau kelenjar.
Salah satu penelitian yg paling
menjanjikan di bidang pengetahuan olahraga adalah mengenai adaptasi syaraf terhadap olahraga. Istilah neuromuscular mencakup keduanya, sistim otot dan syaraf,
maka dalam makalah ini kita akan mengarahkan pada
struktur syaraf serta fungsinya dengan sistem otot
dipakai
dalam gerak, khususnya olahraga.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan sistem saraf, dan sebutkan fungsi dari sistem saraf?
2. Apa
bagian dari sel saraf beserta fungsinya masing-masing dan kekhasan sel saraf
dibandingkan dengan yang lain?
3. Bagaimanakah
klasifikasi sistem syaraf dalam tubuh berdasarkan letak anatominya maupun berdasarkan
fungsinya?
4. Apa
yang dimaksud dengan sinapsis dan jenisnya?
5. Pada
neuromuscular junction, membrane postsynaptic nya berada pada?
6. Apa
yang dimaksud dengan saraf motoris dan saraf sensoris?
7. Gambaran
kerja sistem syaraf yang terjadi ketika seseorang pelari dalam suatu perlombaan
mendengar aba-aba peluit start.
8. Gambaran
peran sistem syaraf pada kontraksi otot? Apa yang terjadi pada penderita
poliomyeletis?
9. Bagaimana
mekanisme yang terjadi pada gerak reflex?
10. Bagaimanakah
pengaruh jangka pendek olahraga pada sistem syaraf?
11. Bagaimanakah
pengaruh jangka panjang olahraga pada sistem syaraf? Dan sebutkan
perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi?
12. Secara
umum jelaskan kaitan antara asupan gizi dengan kerja sistem syaraf (pengaruh
diet pada penderita autisme)
13. Berkaitan
dengan asupan gizi, asupan gizi seperti apakah yang mendukung kerja sistem
syaraf?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Saraf
Sistim saraf
adalah pemula kegiatan otot tubuh dan pengatur fungsi mental dan fisik. Sistim
saraf bekerja berdasarkan impuls elektrokimia. Sistem saraf merupakan sistem
pengendali dan merupakan rangkaian organ
yang kompleks yang membentuk sistem yang terdiri dari jaringan saraf yang
tersebar di seluruh tubuh. Merupakan sistem informasi yang terintegrasi,
berfungsi menerima data, mengolahnya, menentukan respon dan memberi perintah ke
setiap organ tubuh untuk melakukan tindakan yang penting demi keadaan
homeostasis dalam tubuh. Tanpa sistem saraf manusia tidak mampu berkomunikasi,
berinteraksi, beradaptasi terhadap perubahan lingkungan (internal dan
eksternal).
Sistem saraf
sebagai jalur utama informasi biologis, bertanggung jawab mengendali seluruh
proses biologi dan gerakan tubuh dapat menerima informasi dan
menginterprestasinya melalui sinyal elektrik dalam sistem. Sistem saraf terdiri
atas sistem saraf pusat (CNS) dan sistim saraf perifer (PNS). Sistim saraf
pusat merupakan tempat proses berlangsung dan sistim saraf perifer bekerja
mendeteksi dan mengirimkan impuls elektrokimia yang digunakan pada sistem
saraf. Sistim saraf perifer terdiri dari saraf-saraf yang membawa impuls antara
sistem saraf pusat dengan kelenjar, kulit dan organ-organ lain.
Sistim saraf
pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, bertanggung jawab menerima
dan menginterprestasinya dari sistem saraf perifer dan mengirimkan sinyal itu
kembali baik sadar maupun tidak sadar. Sistem saraf perifer terdiri dari organ
indera yaitu mata, telinga, peraba, perasa dan penciuman.
B. Fungsi Sistem Saraf
1. Fungsi
Kewaspadaan
Membantu
mengetahui perubahan perubahan yang terjadi di sekitar untu disampaikan ke alat
indera. Pada alat indera terdapat saraf sensorik yang berfungsi khusus sebagai
penginput data.
2. Fungsi
Integrasi
Menerima
pesan sensorik dari lingkungan luar, interpretasi oleh sistem saraf pusat,
mengatur informasi dan mengintergrasikan dengan informasi yang telah ada untuk
menentukan jenis respon yang akan diberikan.
3.
Koordinasi
Setelah
dari otak informasi yang sudah terintegrasi untuk mengirim pesan/perintah pada
otot-otot dan kelenjar-kelenjar, menghasilkan gerak dan sekresi terorganisasi.
Neuron
atau sel saraf merupakan satuan dari sistim saraf, mempunyai ciri struktur
tertentu yang membedakan dengan sel tubuh lainnya. Pada bagian tengah neuron
ada serabut tipis menjulur yaitu akson yang melalui serabut inilah neuron
melaksanakan fungsinya. Fungsi serabut/akson yaitu menyampaikan isyarat ke dan
dari otak, serta sum sum tulang belakang. Isyarat disampaikan dari neuron ke
neuron lain disebelahnya melalui sinapsis. Pasokan energi untuk neuron berasal
dari penguraian oksidatif glukosa dan benda-benda keton. Satu sel saraf atau
neuron terdiri dari badan sel, dendrit dan akson.
C. Bagian-bagian Sel Saraf
1.
Badan
sel
Badan sel saraf merupakan bagian
yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan
dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti
sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel.
Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis
protein.
2.
Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf
pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel.
Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
3.
Akson
Akson
disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus
yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput
mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat
jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel sachwann
yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit
dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma
yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus
oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi
mempercepat jalannya rangsangan.
D. Klasifikasi sel saraf berdasarkan
Strukur dan Fungsinya
1.
Sel
Saraf Sensorik
Sel saraf yang berfungsi menerima
rangsangan dari reseptor yaitu alat indera.
2.
Sel
Saraf Motorik
Sel saraf yang berfungsi
mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang
diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.
Perbedaan struktur dan fungsi dari ketiga jenis sel saraf tersebut lebih
jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Perbedaan sel saraf
sensorik, penghubung, dan motorik
3. Sel Saraf Penghubung
Sel saraf yang berfungsi
menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak
ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah
sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.Saraf yang satu dengan saraf lainnya
saling berhubungan. Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis
ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan
kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim
kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer impuls pada
sinapsis.
E. Sinapsis
Sinapsis merupakan
hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain. Peristiwa ini
terjadi dari ujung percabangan akson dengan ujung dendrit neuron yang lain.
Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis.
Loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion terjadi di dalam celah sinapsis, baik
ion positif dan ion negatif. Pergantian antara impuls yang satu dengan yang
lain juga terjadi di dalam celah sinapsis ini, sehingga diperlukan enzim
kolinetarase untuk menetralkan asetilkolin pembawa impuls yang ada. Penyampaian
impuls dengan bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai
pengirim (transmitter) terdapat dalam celah sinapsis juga.
1. Transmisi
sinapsis
Sinapsis adalah sisi
(penghubung (junction) yang tidak
berdekatan) tempat berlangsungnya pemindahan
impuls dari ujung akson suatu neuron ke neuron lain atau ke otot atau ke
kelenjar .
a. Pada
transmisi dari neuron ke neuron, hubungannya dapat berasal dari akson suatu
neuron ke dendrit, ke badan sel atau ke akson neuron kedua
b. Neuron
presinaptik membawa impuls menuju sinapsis. Neuron postsinaptik membawa impuls
menjauhi sinapsis. Neuron tunggal dapat menjadi postsinaptik pada dendrit atau
badan selnya dan presinaptik pada ujung aksonnya.
2. Sinapsis
kimiawi
a. Pada
sinapsis kimiawi, suatu neurotransmiter
(zat kimia) dilepas dari terminal akson presinaptik , mengalir menyebrangi
celah sinaptik, dan melekat pada reseptor membran postsinaptik.
(1) Ujung
akson presinaptik disebut terminal bouton. Ujung ini melepas neurotransmiter
dari vesikel sinaptik saat potensial aksi mencapai terminal, saluran ion
kalsium terbuka dan ion kalsium memasuki terminal bouton.
(2) Ion
kalsium memfasilitasi aliran neurotransmiter saat menyebrangi celah sinaptik
dan melekat pada resptor postsinaptik
(3) Transmisi
zat kimia bersifat satu arah karena neurotransmiter hanya dilepas dari
neuronpresinaptik.
b. Waktu
tanda sinaptik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyeberangi suatu sinapsis
kimiawi. Dibutuhkan waktu lebih banyak untuk pelepasan, difusi, penerimaan dan
untuk melihat pengaruh neurotransmiter terhadap sebuah sinapsis dari pada waktu
yang dibutuhkan untuk perambatan potensial aksi disepanjang serabut saraf.
c. Sinapsis
eksitatoris, beberapa neurotransmiter mengeksitasi neuron postsinaptik,
menyebabkan depolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik
eksitatoris.
d. Sinapsis
inhibitoris. Neurotransmiter menyebabkan peningkatan potensial istirahat neuron
postsinaptik bersifat inhibitorik. Neurotransmiter ini membuat postsinaptik
lebih bermuatan negatif akibat penurunan permeabilitas membran terhadap aliran
masuk Na+ dan meningkatkan permeabilitas membran terhadap terhadap aliran
keluar ion K+. Peningkatan negativitas internal ini disebut hiperpolarisasi dan
mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik inhibitorik.
e. Sumasi.
Efek transmisi kimia pada neuron postsinaptik adalah penambahan jumlah dan
jenis neurotransmiter yang mencapai membran postsinaptik
(1) Sumasi
temporal adalah penambahan jumlah neurotransmiter karena adanya peningkatan
frekuensi stimulasi oleh satu atau beberapa neuron presinaptik.
(2) Sumasi
apasial adalah stimulasi pada penambahan jumlah terminal presinaptik
eksitatoris untuk menambah jumlah neurotransmiter.
(3) Jika
potensial postsinaptik eksitatoris dan potensial postsinaptik inhibitorik
mengenai membran postsinaptik, maka hasil akhirnya eksitasi atau inhibisi,
ditentukan melalui penjumlahan aljabar efek eksitatoris dan inhibitorik, sumasi
temporal, dan sumasi spasial.
f. Inaktivasi
Molekul neurotransmiter yang dilepas ke dalam celah
sinaptik harus segera diinaktivasi agar repolarisasi neuron postsinaptik dapat
terjadi untuk lintasan impuls selanjutnya.
(1) Neurotransmiter
dapat diinaktivasi oleh kerja enzim
(2) Molekul
neurotranmiter dapat ditarik kembali kedalam neuron yang melepaskannya dan
diperbaharui untuk pengguna tambahan
(3) Neurotransmiter
dapat berdifusi secara pasif menjauhi celah sinaptik.
g. Keletihan
sinaptik
Sebuah sinaptik merupakan subjek keletihan setelah
stimulasi berulang dengan kecepatan tinggi. Setelah beberapa milidetik,
kecepatan output neutron postsinaptik berkurang, walaupun neuro presinaptik
masih melontarkan ion.
(1) Di
otak, keletihan sinaptik berperan sebagai mekanisme protektif terhadap
eksitabilitas neuronal berlebih.
(2) Kelelahan
transmiter yang disimpan dalam neuron presinaptik merupakan alasan utama
dibalik keletihan sinaptik, tetapi inaktivasi pada reseptor membran neuron
postsinaptik dapat juga menjadi suatu penyebab.
h. Sinapsis
sangat rentan terhadap perubahan kondisi fisiologis
(1) Alkalosis di atas PH normal 7,4 meningkatkan
eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8 konvulsi dapat terjadi karena neuron sangat
mudah tereksitasi sehingga memicu output secara spontan.
(2) Asidosis
di bawah PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat besar pada output
neuronal. Penurunan PH di bawah 7,0 akan mengakibatkan koma.
(3) Anoksia
atao deprivasi oksigen, mengakibatkan penurunan eksitabilitas neuronal hanya
dalam beberapa detik.
(4) Obat-obatan
dapat meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas neuronal
(a) Kafein
menurunkan ambang untuk mentransmisi dan mempermudah aliran impuls
(b) Anestetik
lokal (misal novokain dan prokain) yang membekukan suatu area dapat
meningkatkan ambang membran untuk eksitasi (hiperpolarisasi) ujung saraf.
(c) Anastetik
umum menurunkan aktivitas neuronal diseluruh tubuh.
i.
neuromodulasi
merupakan zat kimia seperti hormon yang dapat
meningkatkan atau mengurangi respons sinaptik yang biasa disebut neuromodulator
. zat ini dapat bekerja pada sisi presinaptik maupun postsinaptik.
3. Sinapsis
listrik
Jika dua sel yang dapat tereksitasi
berhubungan melalui aliran arus listrik langsung pada suatu area dengan tahanan
listrik rendah, maka sinapsis disebut sebagai sinapsis listrik.
F. Saraf Sensorik dan Saraf Motorik
1. Saraf Sensorik (Neuron Aferen)
Neuron sensorik merupakan neuron yang memiliki
badan sel bergerombol membentuk simpul saraf atau ganglion (jamak
= ganglia). Dendritnya berhubungan dengan neurit neuron lain, sedangkan
neuritnya berkaitan dengan dendrit neuron lain. Fungsi neuron sensorik yakni
meneruskan impuls (rangsangan) dari reseptor menuju sistem saraf pusat (otak
dan sumsum tulang belakang). Oleh karena itu, neuron sensorik disebut pula neuron indra.
2.
Saraf
Motorik (Neuron Eferen)
Neuron motorik merupakan
neuron yang berperan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan
kelenjar yang akan melakukan respon tubuh. Karena perannya ini, neuron motorik
disebut pula neuron
penggerak. Dendrit neuron motorik berhubungan dengan neurit
neuron lain, adapun neuritnya berkaitan dengan efektor (otot dan kelenjar).
G. Gambaran Sistem Saraf pada Pelari
Suara peluit (impuls)
yang diterima oleh resptor tubuh atau indra dan dibawa oleh saraf sensorik ke
sistem saraf pusat otak dan sumsum tulang belakang. Kemudian saraf sensorik
dihubungkan oleh neuron intermediet pada saraf motorik. Saraf motorik
menghantarkan rangsang dari susunan sarf efektor berupa otot atau kelenjar. Setelah
bagian efektor menerima rangsang maka akan melakukan respon tubuh (lari).
H. Gambaran peran sistem syaraf pada
kontraksi otot
Sistem
koordinasi pada manusia terdiri dari sistem saraf, sistem indera,dan sistem
hormon (endokrin). Sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormon berfungsi
untuk mengatur dan memelihara fungsi tubuh, misalnya mengatur kontraksi otot,
perubahan alat-alat tubuh bagian dalam, dan sekresi berbagai kelenjar dalam
tubuh.
Sistem saraf
berperan penting untuk merasakan perubahan-perubahan yang terjadi di luar atau
di dalam tubuh, menafsirkannya, dan memberi respon (menjawab) dalam bentuk
kontraksi otot atau dapat berupa sekresi kelenjar.
Poliomielitis atau polio, adalah
penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini,
sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralisis). Penyakit poliomielitis dibagi menjadi 3 bagian :
1.
Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan
sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika
disentuh.
2.
Polio Paralisis Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel
tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen,
kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan.
Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio
menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembuludarah kapiler pada dinding usus dan diangkut
seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik --
yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak
memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan
batang otak. Infeksi
ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf.
Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan
menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP).
Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang
tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut),
disebut quadriplegia.
3.
Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga
batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur
pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang
mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori
yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan
dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang
mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf
tambahan yang mengatur pergerakan leher.Tanpa alat bantu pernapasan, polio
bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang
menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat
bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial
yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat
meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam'
dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi
perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang
disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit
dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung).
Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi
tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan
mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan
demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah
pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.Tingkat kematian karena polio
bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang
bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat
bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan
merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat
permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati
normal.
Penyakit Poliomielitis di bagi menjadi 2 fase :
1.
Stadium akut
Sejak ada gejala klinis hingga dua minggu ditandai dengan suhu tubuh
meningkat, jarang terjadi lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan
muntah. Kelumpuhan terjadi dalam seminggu permulaan sakit. Kelumpuhan itu
terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang
belakang) oleh invasi virus. Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga
menimbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau
bahkan menjadi lebih berat. Sebagian besar kelumpuhan terjadi pada tungkai
(78,6%), sedangkan 41,4% akan mengenai lengan. Kelumpuhan itu berjalan bertahap
dan memakan waktu dua hari hingga dua bulan.
- Stadium subakut
Gejala klinis (dua minggu hingga dua bulan) ditandai dengan menghilangnya
demam dalam waktu 24 jam atau kadang suhu tidak terlau tinggi. Kadang, itu
disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak yang
layuh dan biasanya salah satu sisi. Stadium konvalescent (dua bulan hingga dua
tahun) ditandai dengan pulihnya kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi
otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Kemudian setelah usia dua
tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik
atau dua tahun lebih sejak gejala awal penyakit biasanya menunjukkan kekuatan
otot yang mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot permanen.
I. Mekanisme Pada Gerak Refleks
Mekanisme gerak refleks
merupakan suatu gerakan yang terjadi tiba-tiba diluar kesadaran kita. Gerak
refleks adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi lebih cepat
dari gerak sadar.
Untuk terjadinya gerak refleks
maka dibutuhkan struktur sebagai berikut (mekanisme gerak refleks) :
1. Organ sensorik yang menerima implus misalnya kulit.
2. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan implus menuju sel – sel ganglion
radiks posterior. Selanjutnya serabut sel tersebut akan meneruskan implus
menuju substansi pada kornu posterior medulla spinalis.
3. Sumsum tulang belakang menghubungkan antara implus menuju kornum anterior
medulla spinalis.
4. Sel saraf motorik menerima implus dan menghantarkan implus melalui
serabutmotorik.
5. Organ motorik melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh implus saraf
motorik.
J. Pengaruh Jangka Pendek dan Panjang Olahraga
pada Sistem Syaraf
Pengertian Neuro Musculer
adalah dua sistem yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam keadaan olahraga. Musculer (perototan) dalam fungsinya adalah
mengkerut/memendek/kontraksi. Dalam pemendekan ia harus dirangsang oleh sistem
neuro/saraf, sehingga ia terkontrol kekuatan, akurasi, maupun powernya. Hal
tersebut disebabkan makin besar berkehendak makin kuat dan cepat kontraksinya.
Sehingga tak mungkin otot menampilkan kerjanya dengan baik tanpa sumbangan dari
saraf.
Setiap sel otot dilayani oleh satu
saraf, sehingga pengaruh latihan terhadap perubahan neuromuscular adalah :
a. Latihan
dapat memperbesar myofilament, dengan latihan kekuatan
b. Latihan
dapat mempercepat sliding filament( kontraksi-relaksasi)
c. Latihan
dapat mempertinggi cadangan glikogen, karena pada latihan banyak menggunakan
glikogen.
d. Meningkatkan
responsibilitas otot terhadap rangsang
e. Meningkatkan
kemampuan motorik, kekuatan, dan daya tahan otot.
Proses yang sering berhubungan dengan olahraga ialah
motor kontrol, ialah proses reaksi. Kalau disederhanakan proses tersebut adalah
: proses penerimaan rangsang yang umumnya dari luar, proses yang ada di otak
baik proses mengingat “short term” dan “long term”, kemudian perintah (motor)
yang rangsangnya diteruskan ke otot serang lintang (lurik). Reaksi tersebut
bisa dilatihkan. Kalau sangat terlatih akan disebut dengan automatisasi,
seolah-olah tak dipikirkan lagi (sebenarnya ada proses berpikir). Hanya waktu
proses yang terjadi sangat cepat.
K. Kaitan Asupan Gizi dengan Kerja
Sistem Syaraf
Terdapat
lebih dari 100 milyar jaringan saraf dalam otak yang integritasnya tergantung
pada asupan zat gizi yang cukup (Singh, 2003). Defisiensi berbagai zat gizi
terutama zat gizi makro akan mempengaruhi neuroanatomi, neurokimia dan
neurofisiologi perkembangan otak. Pengaruh neuroanatomi berupa berkurangnya
jumlah dan ukuran neuron serta pembentukan sinapsis. Pengaruh neurokimia berupa
perubahan sintesis neurotransmiter dan jumlah reseptornya. Pengaruh
neurofisiologi berupa kemampuan neuron untuk bekerja menghantarkan impuls saraf
(Georgieff, 2006).
Protein
dan energi mendukung perkembangan otak yang cepat. Otak membutuhkan protein
untuk sintesis deoxyribonucleic Acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA), produksi
neurotransmiter, sintesis faktor pertumbuhan serta untuk perpanjangan neurit
sehingga fungsi otak efisien dalam jaringan sinapsis. Defisiensi protein
menyebabkan kehilangan struktur dendrit dan gangguan pada dendrit tulang
belakang. Efek terberat pada bagian kortek dan hipokampus yang berfungsi
sebagai pusat memori (Georgieff, 2006). Jenis-jenis zat gizi yang berperan
terhadap sistem saraf adalah:
1. Karbohidrat, dalam bentuk gula
sederhana dan gula kompleks, dibuthkan sebagai sumber energi untuk membentu
sel-sel otak baru.
2. Protein, baik hewani maupun nabati,
terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan penting bagi terbentuknya
neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel otak satu ke sel otak
yang lain.
3. Lemak, terutama dalam bentuk asam
lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel otak baru. Sebanyak 60% dari otak
terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang paling utama adalah asam lemak
tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3
ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut. Asam lemak tak jenuh sangat
dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan diketahui bahwa 60%
otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam lemak tak
jenuh itu adalah:
a. DHA (asam dokosaheksaenoat) atau
yang kita kenal sebagai omega-3
Asam lemak
omega-3 berperan besar dalam perkembangan sel saraf, otak, dan penglihatan.
Kekurangan omega-3 bisa mengganggu perkembangan sistem saraf. Akibatnya,
mungkin saja terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental,
dan penglihatan.
b. AA (asam arakidonat) atau omega-6.
Asam lemak
ini berfungsi membantu pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu
bertugas sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya
dalam tubuh, termasuk ke otak.
4. Vitamin dan mineral, sangat
dibutuhkan untuk membantu fungsi kerj aotak, menunjang kerja sistem imun dan
sistem saraf pusat.
5. Kalori dan Protein
Kekurangan
kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan
mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan.Kalori dibutuhkan dalam proses
metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf
baru, termasuk otak. Sumber-sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam,
ikan, telur, serta susu dan produk olahannya. Juga minyak ikan, tempe, tahu,
dan kedelai.
6. Zat Besi
Zat besi
berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana ia
mengangkut dan membagikan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ia juga
berperan dalam pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang belakang.
Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah tanda cukupnya zat besi dalam
tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur, serealia, dan
sayuran berwarna hijau tua.
7. Seng (Zn)
Seng
berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain
itu, seng juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk
otak. Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak
dan gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat dalam daging, hati, ayam,
seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
makalah kesehatan yang lengkap sekali, bisa jadi bahan pelajaran.
BalasHapusteknik dasar bola basket
manfaat lidah buaya
cara mengobati sakit gigi
ciri ciri kanker serviks
terimakasih sangat membantu.
BalasHapus