laporan kunjungan RSU provinsi NTB
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH SAKIT UMUM
M.K DIETETIK
OLEH :
LARA MUSTIKA
P07 131 010 024
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN GIZI
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT penulis panjatkan, karena dengan rahmat dan karunia-Nya laporan hasil kunjungan di rumah sakit umum prov. NTB ini bisa terselasaikan.
Laporan ini di susun berdasarkan referensi dan data-data yang di dapat dengan tujuan agar memperoleh pengalaman tentang penatalaksanaan diet bagi pasien/
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan kepada semua pihak yang telah turut aktif dalam proses penyelesaian makalah ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua, amin.
Saya mengetahui akan keterbatasan laporan ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan logis guna perbaikan untuk penyusunan laporan selanjutnya,
Terimakasih.
Mataram, 18 Mei 2012
LARA MUSTIKA
NIM : PO7 131 010 024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…….…………………………………………….…………………….
DAFTAR ISI…….……………………………………………………………………...…….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi DHF……………………………………………….…………………………
2.2 Etiologi…………………………………………………………………………………
2.3 Gejala dan tanda………………………………………………………………………
2.4 Diagnosis………………………………………………………………………………
2.5 Klasifikasi………………………………………………………………………………
2.6 Terapi obat……………………………………………………………………………..
2.7 Penatalaksanaan diet………………………………………………………………..
BAB III HASIL KUNJUNGAN
3.1 Gambaran Umum Pasien……………………………………………………………
3.2 Proses Asuhan Gizi Terstandar………………………………………………………
3.2.1 Pengkajian Gizi………………………………………………………………...
3.2.2 Diagnosis Gizi………………………………………………………………….
3.2.3 Intervensi Gizi…………………………………………………………………
3.2.4 Monitoring dan Evaluasi…………………………………………………….
3.3 Ringkasan Pelayanan Asuhan Gizi Terstandar………………………………...
3.4 Evaluasi Hasil Pengamatan Makan Siang Pasien……………………………..
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….
BAB V. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberian nutrisi yang optimal pada pasien perlu mendapat perhatian, seperti dikatakan selama ini, nutrisi yang optimal merupakan kunci bagi kesembuhan pasien, terlebih lagi pada pasien dengan masalah multipatologinya yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi asupan zat gizi dan menimbulkan berbagai macam problem nutrisi.
Problem nutrisi yang terjadi harus ditangani oleh ahli gizi untuk mempercepat proses penyembuhan penyakitnya dengan pemberian diet yang sesuai. Dengan memperhatikan berbagai faktor lainnya.
Sebagai calon Ahli Madya Gizi, mahasiswa Jurusan Gizi Mataram dituntut untuk dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan penatalaksanaan diet untuk pasien sehingga dapat membantu mengatasi berbagai macam problem nutrisi.
Berdasarkan hal-hal tersebut, di pandang perlu melakukan kegiatan Praktik Belajar Lapangan ke RSU Prov.NTB agar memperoleh pengalaman tentang penatalaksanaan diet bagi pasien.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan diet pasien sesuai penyakitnya (obesitas, pasien defisiensi KEP, KVA, GAKY, disfagia, heartburn, esofagotis refluks, hernia hiatus, diare, malabsorbsi, gastritis, ulkus peptikum, diverticulitis, haemoroid, typus abdominalis, tetanus, pertusis, bronchopneumonia, TBC, DHF, AIDS, hipertensi dan komplikasi kehamilan) yang dirawat inap di RSU Prov. NTB.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi pasien dengan kasus obesitas, pasien defisiensi KEP, KVA, GAKY, disfagia, heartburn, esofagotis refluks, hernia hiatus, diare, malabsorbsi, gastritis, ulkus peptikum, diverticulitis, haemoroid, typus abdominalis, tetanus, pertusis, bronchopneumonia, TBC, DHF, AIDS, hipertensi dan komplikasi kehamilan.
2. Mampu mempelajari data rekam medis pasien pada kasus obesitas, pasien defisiensi KEP, KVA, GAKY, disfagia, heartburn, esofagotis refluks, hernia hiatus, diare, malabsorbsi, gastritis, ulkus peptikum, diverticulitis, haemoroid, typus abdominalis, tetanus, pertusis, bronchopneumonia, TBC, DHF, AIDS, hipertensi dan komplikasi kehamilan.
3. Melakukan anamnesis pada pasien rawat inap.
4. Mengamati diet yang diberikan dari rumah sakit serta mengevaluasi konsumsi makanan berdasarkan diet yang diberikan dari rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi DHF (Dengue Haemoragic Fever)
DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). Biasanya terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama.
2.2 Etiologi
Nyamuk aedes aegypti virus dengue
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
2.3 Gejala dan tanda
a. Suhu tubuh meningkat secara tiba-tiba disertai sakit kepala, nyeri otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan.
b. Terjadi pembengkakan disekitar mata dan otot-otot sekitar mata terasa pegal.
c. Awal demam terjadi ruam pada muka dan dada, kemudian hari ke 3 – 6 timbul petekia pada lengan dan kaki kemudian seluruh tubuh.
d. Lidah sering kotor.
e. Kadang-kadang sukar BAB
f. Hati membesar dan nyeri tekan tanpa icterus, hal ini disebabkan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis karena perdarahan disekitar sentral lobules hati, dan terjadi pembesaran sel-sel kuppferr dan sel-sel asidofilik.
g. Fejala perdarahan mulai hari ke 3 atau ke 5 berupa :
Petekia : bintik-bintik perdarahan
Purpura : memar akibat penggumpalan darah di bawah kulit
Ekimosis : berubahnya warna kulit akibat rembesan darah dibawah kulit
Melena : BAB warna gelap
Epistaksis : mimisan
2.4 Diagnosis
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
2) Manifestasi perdarahan :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekia, purpura, ekimosis
c. Epistaksis, perdarahan gusi
d. Hematemesis, melena.
3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
4) Dengan atau tanpa renjatan.
a. Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
5) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
2.5 Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986) :
Derajat I (Ringan)
Demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan teringan dan uji Tourniquet positif
Derajat II (Sedang)
b. Ditemukan gejala-gejala pada derajat I
c. Disertai perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain
Derajat III (Berat)
a. Ditemukan gejala-gejala pada derajat I dan II
b. Disertai tanda-tanda dini rnjatan (bercak memar kulit) muncul sebagai melena, hematemesis, epistaksis, ekimosis bahkan muntah darah
Derajat IV (Sangat Berat)
Dengue Shock Syndrom (DSS), yaitu penyakit DHF yang disertai renjatan, hipotensi, dan nadi yang tidak terukur, denyut jantung melambat dan lemah hamper tak terdengar, tidak sadar, kuli kering, pucat pasi, dingin.
2.6 Terapi Obat
Ranitidine : Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung.. Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 2–3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2 ½–3 jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.
Paracetamol : untuk mengatasi sakit kepala dan demam, sebaiknya diminum sebelum makan.
Transamin : untuk mengatasi perdarahan yang abnormal dan gejala-gejalanya pada penyakit perdarahan.
Ondensentron : penghilang rasa mual dan muntah, dapat diminum setelah atau sebelum makan.
2.7 Penatalaksanaan Diet (Tujuan, Prinsip dan Syarat)
Tujuan : meningkatkan asupan energy dan protein
Prinsip : ETPT
Syarat :
- Energy tinggi
- Protein tinggi
- Bentuk makanan : lunak
- Makanan yang merangsang dihindari
- Bila belum ada nafsu makan, berikan cairan yang banyak 1,5 2 liter/hari berupa susu, sirup air gula atau air tawar tambah garam
- Vitamin C dan K tinggi
- Mineral Ca tinggi
- Pengaturan makan porsi kecil tapi sering.
BAB III
HASIL KUNJUNGAN
3.1 Gambaran Umum Pasien
Nama : Ny. Sahni
Umur : 34 th
Jenis Kelamin : Permpuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
No Rekam Medis : 03 – 65 – 27
Ruang / kelas : kenanga / II
Tanggal Masuk : 13/05/2012
Alamat : Bentek, KLU
Diagnosis medis : DHF, OBS FEBRIS hari ke-7
3.2 Proses Asuhan Gizi Terstandar
3.2.1 Pengkajian Gizi
a. riwayat gizi/makanan
nutrisi dahulu : pola makan teratur, 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk hewani, nabati, buah dn sayur.
Nutrisi sekarang : nafsu makan baik dan selalu menghabiskan makanan yang diberikan RS.
Hasil recall :
Komsumsi Energi (kkal) Prot
(gr) Lemak
(gr) KH
(gr) Ca
(mg) Fosfor
(mg) Fe
(mg) Vit A
(RE) Vit B1 (mg) Vit C
(mg) Natrium
(mg)
Makanan RS 1667,2 60,4 65,2 211,8 388,4 951,6 19,9 806,1 1 79,9 292
Makanan luar RS 514,5 17,1 20,3 66,3 78,7 221,1 9,4 35,4 - 2,6 154,5
Total 2181,7 77,5 85,5 278,1 467,1 1172,7 29,3 841,5 1 82,5 446,5
Table tingkat konsumsi makan pasien 24 jam terakhir
Energy (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)
Asupan makan 2181,7 77,5 85,5 278,1
Standar makanan RS 2600 100 70 420
% tingkat konsumsi 83,9 77,5 122,1 66,2
Kategori tingkat konsumsi Normal Kurang Normal Kurang
PENILAIAN : nafsu makan pasien baik, dan motivasi pasien baik untuk menghabiskan makanan yang diberikan RS, karena pasien mengerti pentingnya makanan untuk penyembuhan. Sehingga rata-rata asupan makan pasien sebesar 87,4% (normal). Sesuai SK Kemenkes No: 129/Menkes/SK/II/2008 yang berisi apabila pasien menghabiskan makanan RS ≥ 80% maka asupan makan pasien dinilai normal. Namun asupan lemak pasien lebih dari 100%.
b. Biokimia
Pemeriksaan darah Hasil pemeriksaan awal Hasil pemeriksaan saat kunjungan Nilai normal Keterangan awal
Hb 13,4 g/dl 13,1 g/dl 12 – 16 g/dl normal
WBC 1,8 x 10³/UL 5,17 x 10³/UL 4 –11 x 10³/UL
Menurun
PLT 140.000 / ml 280.000 / ml 150 – 400 ribu/ml Menurun
HCT 43 % 41,5 % 36 – 46 % Normal
PENILAIAN : pasien mengalami infeksi virus (DHF)
c. Antropometri
BB pasien = 51 kg
TB pasien = 149 cm
BBI dengan rumus brocca, karena pasien memiliki tinggi badan < 160 cm, maka, BBI = TB – 100
= 149 – 100
= 49 kg
Perhitungan IMT = BB (kg)/TB(m)²
= 51 kg/ (1,49 m)²
= 22,97 kg/m²
PENILAIAN : pasien memiliki berat badan lebih dari BBI dan memiliki sataus gizi normal menurut WHO.
Sumber :
WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m² : BB kurang
18,5-222,9 kg/m² : normal
≥ 23 kg/m² : BB Lebih
23-24,9 kg/m² : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m² : obese I
≥ 30 kg/m² : obese II
d. fisik klinis
fisik : lemas, kesadaran CM
klinis :
Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal Keterangan
Tekanan darah 110/80 mmHg < 120/80 mmHg Normal
Nadi 84 x /menit 60 – 100 x/menit Normal
Respirasi 20 x / menit 20 -30 x/menit Normal
Suhu 37,9 ˚C 36 - 37˚C Meningkat
PENILAIAN : pasien mengalami demam
e. riwayat personal
- social ekonomi : pasien adalah seorang Ibu Rumah Tangga dan memiliki seorang suami sebagai guru dengan penghaslan Rp.3500.000/bln dan memiliki 2 orang anak yang masih sekolah.
- riwayat penyakit sekarang : pasien didiagnosis medis mengalami DHF dan saat ini merupakan febris hari ke 7, dengan keluhan nyeri ulu hati dan mual.
- riwayat pennyakit dahulu : -
PENILAIAN : pasien berstatus ekonomi menengah keatas dan menderita DHF dan saat ini febris/ demam hari ke 7 dan mengalami gangguan gastrointestinal.
3.2.2 Diagnosis Gizi
NI.5.1 : peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan penyakit pasien (DHF) ditandai dengan kadar WBC dan PLT darah pasien menurun.
NI.5.4 : Penurunan kebutuhan lemak berkaitan dengan gangguan gastrointestinal yang ditandai dengan keluhan nyeri ulu hati dan mual pasien.
NC.1.4 : Gangguan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan DHF pada pasien di tandai dengan rasa nyeri ulu hati dan mual pasien.
3.2.3 Intervensi Gizi
Tujuan :
a. meningkatkan asupan protein pasien untuk mengatasi penyakit infeksi yang diderita sehingga kadar WBC dan PLT darah pasien normal.
b. menurunkan asupan lemak yang dapat merangsang timbulnya rasa nyeli ulu hati dan mual.
c. Memberikan makanan yang tidak memperberat fungsi gastrointestinal dengan memberikan makanan-makanan yang tidak merangsang seperti makanan yang terlalu manis, berbumbu, bergas dan berlemak.
Prinsip Deit : ETPT
Macam Diet : ETPT
Bentuk makanan : Lunak bubur karena pasien memiliki keluhan nyeri ulu hati dan diberikan dalam porsi kecil tapi sering.
Syarat :
- Energy di hitung berdasarkan rumus Harris Benedict, dengan memperhitungkan basal metabolism, aktifitas pasien saat sakit (bad rest), factor stress, dan factor thermal pasien. Energy diberikan tinggi juga untuk mencegah katabolisme protein. Contoh BM : beras, roti.
- Protein tinggi sebesar 15 % digunakan untuk membantu proses penyembuhan penyakit pasien, untuk membentuk sistem imun dan membentuk sel yang akan memfagositosis sel yang terinfeksi. Contoh BM : ayam, telur.
- Lemak cukup sebesar 20% digunakan untuk cadangan energy, untuk mengatur suhu tubuh dan member selera makan pasien serta untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Contoh BM : margarine, minyak
- Karbohidrat diberikan sebesar 65% digunakan untuk penghasil energy utama dan pencegah katabolisme protein. Contoh BM : beras, roti.
- Vitamin A sebesar 600 RE digunakan untuk meningkatkan imunitas tubuh dan melawan penyakit infeksi pasien. Contoh BM : wortel, papaya.
- Vitamin C sebesar 90 mg juga dipergunakan untuk meningkatkan imunitas tubuh. Contoh BM : jeruk.
- Makanan diberikan dalam bentuk lunak karena pasien memiliki keluhan nyeri ulu hati.
- Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering yaitu 5 kali makanan utama dan 3 kali selingan.
Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi
- kebutuhan energy
BEE : 655 + (9,6 x BB) +(1,8 x TB) – (4,7 x U)
: 655 + (9,6 x 49) + (1,8 x 149) – (4,7 x 34)
: 1233,8 kkal
TEE : 1233,8 kkal x AF x IF x TF
: 1233,8 kkal x 1,2 x 1,4 x 1,1
: 2660 kkal
Ket : BEE = basal energy expenditure
TEE = total energy expenditure
AF = activity factor (1,2 = bad rest)
IF = injury factor (1,4 = infeksi virus)
TF = thermal factor (0,9 ˚C = 11,7 %= 1,1)
- kebutuhan protein
= 15% x TEE
= 399 kkal
= 99,7 gr
- kebutuhan lemak
= 20% x TEE
= 532 kkal
= 59,1 gr
- kebutuhan karbohidat
= 65% x TEE
= 1729 kkal
= 432,2 gr
- kebutuhan vitamin dan mineral menurut AKG 2004
• Vit A 600 RE
• Vit D 5 ug
• Vit E 15 mg
• Vit K 65 ug
• B1 1,2 mg
• B2 1,3 mg
• B3 16 mg
• Asam folat 400 ug
• B6 1,3 mg
• B12 2,4 ug
• Vit C 90 mg
• Kalsium 800 mg
• Fosfor 600mg
• Magnesium 300 mg
• Besi 13 mg
• Yodium 150 ug
• Seng 13,4 mg
• Selenium 30 ug
• Mangan 2,3 mg
• Fluor 3 mg
MENU DAN DAFTAR ANGGARAN BELANJA TERLAMPIR
3.2.4 Monitoring dan Evaluasi
parameter target Pelaksanaan
Asupan makan Asupan makan normal (sesuai kebutuhan) Setiap hari
Biokimia PLT dan WBC normal Setiap hari
Fisik Tidak lemah Setiap hari
Keluhan Nyeri ulu hati dan mual berkurang / hilang Setiap hari
3.3 Ringkasan Pelayanan Asuhan Gizi Terstandar
Pengkajian gizi Diagnosis Intervensi gizi dan monitoring evaluasi gizi
Data dasar Sintesis data Identifikasi masalah Labeling NCP
Riwayat Gizi/ Makanan Asupan lemak > 100% Merangsang nyeri ulu hati dan mual P : penurunan asupan lemak
E : gangguan gastrointestinal
S : nyeri ulu hati dan mual Tujuan : menurunkan asupan lemak.
Intervensi : memberikan makanan yang tidak mengandung banyak lemak
Monev : setiap hari
Biokimia
Pasien mengalami infeksi virus (DHF) WBC dan PLT menurun P : peningkatan kebutuhan protein
E : DHF
S : WBC dan PLT menurun Tujuan : WBC dan PLT normal
Intervensi : pemberian asupan makanan tinggi protein
Monev : setiap hari
Riwayat personal Gangguan gastrointestinal Nyeri ulu hati dan mual P : gangguan gastrointestinal
E : DHF
S : nyeri ulu hati Tujuan : mengurangi nyeri ulu hati dan mual
Intervensi : pemberian makanan yang tidak merangsang
Monev : setaip hari
3.4 Evaluasi Hasil Pengamatan makan siang pasien
Jenis diet Diet ETPT
Bentuk makanan Lunak
Jenis bahan makanan Bubur : beras
L.hewani : ayam
L.nabati : tempe
Sayur : kacang panjang, wortel
Snack : -
Buah : papaya
Jumlah porsi Bubur : pas untuk diet ETPT
L.hewani : terlalu sedikit tidak sesuai dengan porsi bubur dan DBMP
L.nabati : terlalu sedikit tidak sesuai dengan porsi bubur dan DBMP
Sayur : terlalu sedikit tidak sesuai dengan porsi bubur dan DBMP
Snack : -
Buah : tidak sesuai DBMP
Tekstur Bubur : sesuai, tidak terlalu keras dan tidak terlalu cair
L.hewani : keras, tidak sesuai dengan makanan lunak
L.nabati : keras tidak sesuai dengan makanan lunak dan berbumbu
Sayur : sesuai (lunak)
Snack : -
Buah : sesuai (lunak)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil kunjungan di RSUP NTB pada hari rabu tanggal 16 Mei 2012 dapat di simpulkan sebagai berikut :
- Pasien yang saya dapatkan adalah pasien di ruang kenanga kelas II dengan diagnosis medis DHF dan febris hari ke 7. Masuk RS tanggal 13 Mei 2012 pada febris hari ke 4. Kondisi pasien sudah mulai membaik karena memasuki febris hari ke 7, sehingga kadar PLT pasien mulai normal, yaitu sebesar 280.000 / ml, dan kadar WBC pasien juga normal yaitu 5170/ml.
- Saat di anamnesis pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, namun masih dalam keadaan lemah.
- Untuk pelayanan gizi pada pasien di rumah sakit kurang memadai karena dari pengamatan saya, pasien didiagnosis DHF dan memiliki keluhan nyeri ulu hati, namun makanan dari RS menunya berbumbu dan tekstur lauknya seperti makanan biasa.
- Makanan yang diberikan terlihat kurang hygienis karena ada kotoran pada pinggir-pinggir plato yang digunakan.
Saran :
Sebaiknya RS lebih memperhatikan hygiene dan sanitasi makanan yang diberikan untuk pasien serta memperhatikan keluhan pasien dan menyesuaikan dengan makanan yang diberikan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,Sunita.2004.Penuntun Diet.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Gutawa, Miranti, dkk.2011.Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP), Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta : Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing
Anggraeni, Adisty Chintya.2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta : Graha Ilmu.
Hartono, Andry.2005. Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC Kedokteran.
Komentar
Posting Komentar