SATUAN PENYULUHAN
PERENCANAAN
PENYULUHAN
TENTANG
KEP (KURANG ENERGI PROTEIN)
DI
DESA LEKONG SIWAQ , KECAMATAN BAYAN
KABUPATEN LOMBOK UTARA
Judul
: KEP (Kurang Energi Protein)
KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di
Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro).
Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro
nutrient kepada defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia
prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif
dalam upaya penurunan prevalensi KEP.
Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan Kwashiorkor,
Marasmus, dan Marasmic Kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang
protein. marasmus disebabkan karena kurang energi
dan Manismic Kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein. KEP
umumnya diderita oleh balita dengan gejala hepatomegali (hati membesar).
Tanda-tanda anak yang mengalami Kwashiorkor adalah badan gemuk berisi cairan,
rambut jagung dan muka bulan (moon face). Tanda-tanda anak yang mengalami
Marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit.
Topik :
-
Penyebab terjadinya KEP
-
Tanda
dan gejala KEP
-
Dampak
KEP
-
Cara
Pencegahan KEP
1. Mengenal
Masalah, Masyarakat dan Wilayah
§
Mengenal Masalah
Seperti
yang kita ketahui, ada empat masalah gizi terbesar di Indonesia, yaitu Anemia,
KVA (Kurang Vitamin A), KEP (Kurang Energi Protein) dan GAKY (Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium). Masalah yang akan di angkat disini adalah KEP (Kurang
Energi Protein) di Indonesia, khususnya di wilayah Desa Lekong Siwaq Kecamatan
Bayan, Lombok Utara.
Di daerah ini
banyak sekali ditemukan kasus yang mereka kenal sebagai busung lapar, yang
dalam istilah kesehatan di sebut marasmus dan kwashiorkor yang tidak lain
adalah KEP itu sendiri. Ini dikarenakan wilayah Desa tersebut lumayan jauh dari
pusat kota sehingga mungkin saja makanan yang ada disana tidak beranekaragam
dan sebagian besar di desa tersebut adalah warga miskin.
Adapun yang
menjadi penyebab langsung terjadinya KEP adalah konsumsi yang kurang dalam
jangka waktu yang lama. Pada orang dewasa, KEP timbul pada anggota keluarga
rumah tangga miskin olek karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya
mata pencaharian.
Dari
berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa KEP merupakan salah satu bentuk
kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan mutu fisik dan intelektual, serta
menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya resiko kesakitan dan
kematian terutama pada kelompok rentan biologis. Pengejawantahan KEP terlihat
dari keadaan fisik seseorang yang diukur secara Antropometri.
Kasus
KEP ini dapat berkurang dengan cara penyuluhan gizi yang diharapkan agar dapat
mengubah prilaku masyarakat terutama dalam hal mengkonsumsi makanan, walaupun
dari segi pendidikan dan ekonomi masih terbilang rendah. Hal-hal yang dapat
membantu terjadinya perubahan prilaku tersebut adalah dengan adanya kepercayaan
masyarakat terhadap petugas kesehatan (penyuluh) serta tersedianya sarana dan
fasilitas.
2. Menentukan
Prioritas
Prioritas
dalam penyuluhan ini adalah KEP (Kurang Energi Protein) karena dari keempat
masalah gizi terbesar di Indonesia tersebut, KEP memiliki persentase tertinggi
di Indonesia, khusunya di Desa Lekong Siwaq tersebut.
3. Menentukan
Tujuan Penyuluhan
Tujuan Umum
Mencegah dan menanggulangi kasus KEP di
desa ini, serta masyarakat dapat mengetahui tanda dan gejala dari KEP terutama
ibu hamil, ibu bayi dan balita serta anak-anak sekolah dasar. Serta mengetahui
penyebab serta akibat dari KEP tersebut.
Tujuan Khusus
§
ibu-ibu mengetahui apa yang dimaksud
dengan KEP.
§
Ibu-ibu mengetahui penyebab, tanda dan gejala terjadinya KEP.
§
Ibu-ibu mau merubah pola konsumsi
keluarganya.
4. Menentukan
Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan yang akan dilakukan yaitu seluruh
masyarakat Desa Lekong Siwaq di Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara,
terutama ibu hamil, ibu bayi dan balita serta anak-anak sekolah dasar.
5. Menentukan
Isi Penyuluhan
Isi penyuluhan yang akan
dilakukan disesuaikan dengan tujuan yang sudah ditetapkan yaitu :
§
Gambaran
umum masalah KEP.
§
Menjelaskan
penyebab terjadinya KEP.
§
Menginformasikan
dan Menjelaskan tanda dan gejala KEP.
6. Menentukan
Metode
§
Ceramah
§
Tanya
jawab
7. Menentukan
Media Penyuluhan
§
Gambar
dan foto
8. Membuat
Rencana Evaluasi
Hal yang
akan dievaluasi dalam penyuluhan ini adalah tingkat pengetahuan dari sasaran
penyuluhan dan sejauh mana ibu-ibu rumah tangga yang ada di Desa
ini mengantisipasi
penyakit KEP
dengan
cara mengubah dan memperhatikan pola makan dalam keluarganya . Metode evaluasi yang digunakan adalah dengan melihat
antusias dan partisipasi aktif dari sasaran penyuluhan baik pada saat proses
penyuluhan berlangsung maupun pada saat proses tanya jawab.
9. Membuat
Rencana Jadwal Pelaksanaan
Penyuluhan akan dilakukan di lapangan
desa Lekong Siwaq pada hari minggu pukul
10.00 WITA dengan alokasi
waktu yaitu 30 menit. Penyuluhan dilakukan oleh seorang mahasiswa Gizi Semester IV yang didampingi oleh dosen jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes Mataram.
Tabel Perencanaan Penyuluhan
KEGIATAN
|
WAKTU
|
|||||
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
Kamis
|
Jumat
|
Sabtu
|
|
Mengenal masalah, Masyarakat dan wilayah
|
|
|
|
|
|
|
menentukan prioritas
|
|
|
|
|
|
|
Menentukan sasaran
penyuluhan
|
|
|
|
|
|
|
Menentukan isi
penyuluhan
|
|
|
|
|
|
|
Menentukan metode
penyuluhan
|
|
|
|
|
|
|
Menentukan media
penyuluhan
|
|
|
|
|
|
|
Membuat rencana
evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SATPEN)
TENTANG KEP (KURANG ENERGI
PROTEIN)
Topik : Kurang energi protein
Sub topik :
Mengenal tanda dan gejala KEP serta penyebabnya.
Sasaran :
Ibu rumah tangga yang ada di desa Lekong Siwaq kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara.
Hari
/ tanggal : Minggu, 14 Mei 2012.
Tempat Pelaksanaan :
Lapangan Desa Lekong Siwaq
Pelaksana :
Mahasiswa Gizi Semester IV
I.
TUJUAN UMUM
Setelah
dilakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan, masyarakat terutama ibu-ibu dapat
mengetahui penyebab, tanda dan gejala KEP, sehingga dapat merubah prilaku
konsumsi mereka yang secara otomatis dapat mengurangi kasus KEP di desa
tersebut.
II.
TUJUAN KHUSUS
§
ibu-ibu mengetahui apa yang dimaksud
dengan KEP.
§
Ibu-ibu mengetahui penyebab, tanda dan gejala terjadinya KEP.
§
Ibu-ibu mau merubah pola konsumsi keluarganya
III.
MATERI
Terlampir
IV.
METODE
§
Ceramah
§
Tanya
jawab
V.
MEDIA
§
Gambar
dan foto
VI.
KEGIATAN PENYULUHAN
No
|
Tahap Waktu
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Respon Warga
|
Media
|
Metode
|
1
|
Pembukaan
(10 menit)
|
Memberi salam dan perkenalan
Menyampaikan tujuan penyuluhan
|
Menjawab salam
Mendengar dan menanggapi.
|
|
Ceramah
|
2
|
Pelaksanaan
(15 menit)
|
Menyampaikan materi
Tanya jawab
|
Mendengarkan
Memperhatikan dan bertanya
|
gambar dan foto
food model
|
Ceramah
Tanya jawab
demonstrasi
|
3
|
Penutup
(5 menit)
|
Menyimpulkan, evaluasi
Menutup salam
|
Menjawab pertanyaan
Menjawab salam
|
|
ceramah
|
VII.
EVALUASI
Untuk
mengetahui
seberapa besar perhatian ibu-ibu di Desa tersebut atas kegiatan penyuluhan ini
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan yaitu sebagai berikut :
1.
Apa itu KEP?
2.
Apa penyebab KEP?
3.
Apa tanda-tanda dan gejala KEP?
MATERI PENYULUHAN
TENTANG KUEANG ENERGI
PROTEIN (KEP)
1.
Gambaran Umum Masalah KEP
Kekurangan energi protein adalah keadan kurang gizi
yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari
sehingga tidak memenuhi angaka kecukupan gizi (Pudjiani, 2000).
Keadaan gizi balita yang tinggal di pedesaan cenderung lebih buruk
dibanding balita yang tinggal di perkotaan dan keadaan gizi balita perempuan
relatif lebih baik dibanding balita laki-laki.
Pada tingkat makro, besar dan luasnya masalah KEP sangat erat
kaitannya dengan keadaan ekonomi secara keseluruhan. Peningkatan angka
prevalensi KEP pada balita, dari data Susenas, seiring sejalan dengan
menurunnya jumlah penduduk dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan. Dengan
perkataan lain, anggota rumahtangga dari kelompok rawan biologis sekaligus
memberikan gambaran ketersediaan pangan, dan rawan biologis memiliki resiko
kurang energi protein.
Pada tingkat mikro (rumah tanggat/individu), tingkat kesehatan
terutama penyakit infeksi yang juga menggambarkan keadaan sanitasi lingkungan
merupakan faktor penentu status gizi.
UPGK dan Posyandu merupakan program yang secara khusus
dilaksanakan untuk menurunkan prevalensi KEP. Peningkatan kedua program ini
berdampak positif untuk menurunkan prevalensi KEP. Meskipun demikian
keterlibatan aktif masyarakat,
organisasi
wanita, LSM dan perbaikan keadaan ekonomi mempunyai andil yang besar
didalam
keberhasilan meningkatkan status gizi balita.
Kegiatan utama program UPGK (dari aspek gizi) yang dilaksanakan
sampai saat ini berupa penimbangan balita, penyuluhan gizi (KIE), peningkatan
pemanfaatan pekarangan, pemberian makanan, pemberian oralit, pemberian kapsul
vit.A takaran tinggi, pemberian pil besi kepada ibu hamil. Kegiatan ini
melibatkan beberapa lembaga terkait yang mempunyai tugas dan tanggung jawab saling
menopang untuk keberhasilan program. Pelaksanaan di tingkat desa atau di
tingkat yang lebih kecil dikoordinasikan dalam bentuk Posyandu.
Keterlibatan masyarakat sangat diharapkan dan sekaligus menentukan
di dalam pembentukan dan pelaksanaan Posyandu. Hal ini disebabkan keterbatasan
tenaga kesehatan yang tersedia dan luasnya. Dengan demikian, peran kader desa
yang telah dilatih serta tokoh masyarakat setempat sangat menentukan
kelangsungan pelaksanaan posyandu.
2.
Klasifikasi,
penyebab, tanda dan gejala KEP
- KEP adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.
- Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki)
- Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition)
- Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor
- Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas
Penyebab
- Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah
- Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
- Pengetahuan yang kurang tentang gizi
- Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor
- Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus
- Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI
- Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
Gejala klinis KEP ringan
- Pertumbuhan mengurang atau berhenti
- BB berkurang, terhenti bahkan turun
- Ukuran lingkar lengan menurun
- Maturasi tulang terlambat
- Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
- Tebal lipat kulit normal atau menurun
- Aktivitas dan perhatian kurang
- Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
Pembagian
- Marasmus
- Kwashiorkor
- Marasmus-kwashiorkor
Marasmus adalah
kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh
terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada
bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya,
atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Penyebab
- Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan
- Kebiasaan makanan yang tidak layak
- Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan
Tanda dan gejala
- Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
- Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
- Mental cengeng
- Feces lunak atau diare
- Rambut hitam, tidak mudah dicabut
- Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit menghilang
- Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur
- Torax atau sela iga cekung
- Atrofi otot, tulang terlihat jelas
- Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya
- Frekuensi nafas berkurang
- Kadar Hb berkurang
- Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin
Kwashiorkor adalah
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada
usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.
Meski penyebab utama kwashiorkor
adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang
menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan
terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Penyebab
- Kekurangan protein dalam makanan
- Gangguan penyerapan protein
- Kehilangan protein secara tidak normal
- Infeksi kronis
- Perdarahan hebat
Tanda dan gejala
- Wajah seperti bulan “moon face”
- Pertumbuhan terganggu
- Sinar mata sayu
- Lemas-lethargi
- Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis)
- Rambut merah, jarang, mudah dicabut
- Jaringan lemak masih ada
- Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak keriput)
- Iga normal-tertutup oedema
- Atrofi otot
- Anoreksia
- Diare
- Pembesaran hati
- Anemia
- Sering terjadi acites
- Oedema
Kwashiorkor-marasmik
memperlihatkan
gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor
3. Penanggulangan KEP
Pelayanan
gizi
balita
KEP pada dasarnya setiap balita
yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit
dilakukan pengukuran berat badan,
tinggi badan
dan lila untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan
laboratorium. Penentuan status gizi
maka perlu direncanakan tindakan sebagai berikut :
1. Balita
KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi
dan nasehat pemberian makanan
di rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanan
di rumah (bayi
umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun.
- Penderita rawat jalan
: diberikan nasehat pemberian makanan
dan vitamin
serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya.
- Penderita rawat inap
: diberikan makanan
tinggi energi
dan protein,
dengan kebutuhan energi
20-50% diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG)
dan diet
sesuai dengan penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pudjiani,
2000, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, Penerit FKUI, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1999, Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga, Bhakti Husada, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1999, Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga, Bhakti Husada, Jakarta.
Ngastiyah,
1997, Perawatan Anak Sakit, Editor Setiawan, EGC, Jakarta.
Mochji, 1992, Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita, Penerbit Bharata, Jakarta.
Mochji, 1992, Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita, Penerbit Bharata, Jakarta.
PERENCANAAN PENYULUHAN
OLEH
LARA MUSTIKA
PO7 131 010 024
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MATARAM
JURUSAN
GIZI 2012
Komentar
Posting Komentar